Tidak seperti Mobil, Transaksi Properti secara “Online” Belum Populer –Â Membeli dan menjual rumah tak lagi harus tatap muka, tetapi bisa dilakukan melalui atau secara dalam jaringan (online).
Dengan hanya mengandalkan jaringan internet dan gawai pribadi, transaksi bisa dilakukan di mana pun, dan kapan pun.
Meski demikian, untuk pembelian properti, cara-cara konvensional tetap masih menjadi opsi utama.
“Mobil sekarang sudah bisa dibeli secara online. Kemarin, saat hari belanja online nasional, transaksi mobil tercatat sampai puluhan miliar rupiah. Tapi, properti belum begitu,” ujar Country General Manager Rumah123.com Ignatius Untung saat pertemuan dengan media di kantornya, Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Baca juga : Jelang Akhir 2016, Pasokan Properti Komersial Tumbuh Tipis
Untung menuturkan, sebelum membeli mobil tertentu, orang dapat melihat barangnya langsung di ruang pamer, atau lahan parkir.
Jika ada teman yang memiliki mobil tersebut, seseorang bahkan dapat meminjam dan merasakan sendiri pengalaman mengendarai.
Kemudian, untuk bertransaksi, konsumen bisa mengandalkan situs-situs penjualan mobil. Berbeda halnya dengan pembelian properti, cara tersebut sulit diterapkan.
“Setiap rumah itu unik. Katakanlah ingin beli rumah di Bintaro sektor 9. Tapi, jalan yang mana, rumahnya di mana, bisa berbeda,” kata Untung.
Ia menambahkan, konsumen biasanya telah memiliki kriteria tersendiri sebelum memilih rumah, baik itu harga, fasilitas, lokasi, pengembang, atau lingkungannya.
Namun, meski kriteria-kriteria tersebut telah terpenuhi, tidak bisa dikatakan konsumen dapat langsung membeli rumah yang diinginkan.
“Beli rumah butuh chemistry. Ada yang desainnya sudah cocok, posisi oke, tapi orang merasa kurang sreg,” sebut Untung.
Faktor lainnya yang menyebabkan transaksi properti secara daring tidak populer adalah dari sisi pembayaran.
Menurut Untung, untuk transaksi daring, konsumen biasanya akan diberi pilihan untuk membayar menggunakan kartu kredit tertentu.
Pembayaran menggunakan kartu kredit ini bisa dikenakan tambahan biaya administrasi sebesar 3 persen.
Dengan demikian, pembelian rumah yang harganya miliaran, bisa dikenakan biaya tambahan sampai puluhan juta. Untung mengatakan, biaya tambahan ini cenderung dibebankan kepada konsumen.
Terlepas dari perilaku konsumen yang memilih bertransaksi secara konvensional, situs-situs jual beli properti mulai banyak diminati.
Banyak konsumen memanfaatkan situs properti untuk mencari rumah idaman sesuai kriteria-kriteria yang ditetapkan.
Kemudian, konsumen akan mengumpulkan dan membuat daftar rumah-rumah tersebut. Selanjutnya, mereka akan mendatangi satu per satu rumah yang diincar dan mencari chemistry tersebut.
sumber : kompas.com