Mengenal Tentang Fenomena Rumah Peti Mati Di Kota Besar

0
10
Mengenal Tentang Fenomena Rumah Peti Mati Di Kota Besar

Mengenal Tentang Fenomena Rumah Peti Mati Di Kota Besar – Rumah peti mati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ruang hunian yang sangat sempit, sempit, dan terkadang hanya cukup untuk menampung satu orang tidur. Rumah ini umumnya tidak memiliki fasilitas lengkap, dan penghuninya sering kali hanya memiliki ruang cukup untuk kasur dan sedikit barang pribadi. Ruangan ini dinamakan “rumah peti mati” karena ukuran dan kondisinya yang sempit, membuat penghuninya merasa terkurung, seperti di dalam peti mati. Fenomena ini banyak ditemukan di kota-kota dengan harga properti yang tinggi, seperti Hong Kong.

Rumah peti mati muncul sebagai akibat dari krisis perumahan yang sangat parah di kota-kota besar dengan harga properti yang melambung tinggi. Meskipun tidak ada satu individu atau kelompok yang secara spesifik “mencetuskan” konsep rumah peti mati, fenomena ini dipicu oleh ketidakmampuan banyak orang untuk membeli rumah atau menyewa apartemen dengan ukuran wajar di kota-kota dengan permintaan tinggi terhadap properti.

Di Hong Kong, misalnya, harga properti yang sangat tinggi mendorong para pemilik properti atau pengusaha untuk membangun tempat tinggal dengan ukuran yang sangat kecil, hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tempat tinggal, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Beberapa faktor yang menyebabkan tercetusnya fenomena rumah peti mati adalah:

  1. Harga Properti yang Sangat Tinggi: Di kota-kota besar seperti Hong Kong, harga properti sangat mahal, yang membuat banyak orang tidak mampu membeli atau menyewa rumah dengan ukuran yang layak.

  2. Keterbatasan Lahan: Di kota-kota padat seperti Hong Kong, terbatasnya lahan untuk pembangunan perumahan membuat ruang menjadi sangat terbatas.

  3. Permintaan yang Tinggi: Peningkatan populasi dan migrasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar meningkatkan permintaan terhadap tempat tinggal, sementara pasokan properti terbatas.

  4. Keterbatasan Ekonomi: Banyak orang yang tinggal di rumah peti mati adalah pekerja migran atau individu dengan penghasilan rendah, yang tidak mampu membeli atau menyewa tempat tinggal yang lebih besar.

Harga sewa rumah peti mati relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan apartemen biasa. Namun, harga ini tetap bisa sangat tinggi jika dibandingkan dengan ruang yang ditawarkan. Di Hong Kong, sewa rumah peti mati bisa berkisar antara HKD 1.000 hingga HKD 3.000 per bulan (sekitar USD 130 hingga USD 385), tergantung pada ukuran dan lokasi ruang tersebut. Meski terjangkau, harga ini tetap lebih mahal jika dibandingkan dengan ruang yang sangat sempit dan tidak nyaman.

Tinggal di rumah peti mati dapat membawa berbagai dampak buruk bagi penghuni, antara lain:

  1. Kesehatan Fisik dan Mental: Ruang yang sempit dan tidak sehat dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik, seperti gangguan pernapasan, stres, dan masalah tidur. Kondisi ini juga dapat memperburuk masalah kesehatan mental karena kurangnya ruang pribadi dan privasi.

  2. Keterbatasan Aktivitas: Penghuni hanya memiliki sedikit ruang untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Ini bisa membuat kehidupan terasa sangat terbatas dan tidak nyaman.

  3. Kebersihan dan Sanitasi: Karena ruang yang sangat sempit, penghuni mungkin kesulitan menjaga kebersihan dan sanitasi, yang dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

  4. Kualitas Hidup Menurun: Keterbatasan ruang dan kenyamanan dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan, mempengaruhi kesejahteraan penghuni.

Mengenal Tentang Fenomena Rumah Peti Mati Di Kota Besar

Fenomena rumah peti mati tidak hanya terjadi di Hong Kong. Beberapa negara lain juga menghadapi masalah perumahan yang serupa, di antaranya:

  1. Hong Kong: Kota ini adalah contoh paling terkenal dari rumah peti mati, di mana harga properti sangat tinggi dan ruang sangat terbatas.

  2. Singapura: Meskipun Singapura telah berhasil mengurangi kemiskinan perumahan, ada beberapa daerah di mana orang masih terpaksa tinggal di ruang yang sangat kecil dengan kondisi serupa rumah peti mati.

  3. Taiwan: Di beberapa kota besar di Taiwan, terutama di daerah yang padat penduduk, orang-orang terpaksa tinggal di ruang sempit yang menyerupai rumah peti mati.

  4. Jepang: Beberapa kota besar di Jepang, seperti Tokyo, juga menghadapi tantangan serupa, meskipun ada kebijakan perumahan yang lebih terstruktur.

Mengenal Tentang Fenomena Rumah Peti Mati Di Kota Besar

Pemerintah di berbagai negara, termasuk Hong Kong, telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi atau memberantas fenomena rumah peti mati:

  1. Pembangunan Perumahan Sosial: Banyak negara, termasuk Hong Kong, telah memperkenalkan pembangunan perumahan sosial yang lebih terjangkau bagi warga berpenghasilan rendah. Ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada hunian yang sangat sempit.

  2. Regulasi Ketat dalam Pengelolaan Properti: Pemerintah mulai memberlakukan peraturan yang lebih ketat terkait ukuran minimal ruangan hunian dan kualitas hidup penghuninya untuk memastikan bahwa semua orang memiliki tempat tinggal yang layak.

  3. Subsidi dan Bantuan Perumahan: Beberapa negara memberikan subsidi atau bantuan perumahan kepada keluarga berpenghasilan rendah agar mereka dapat mengakses rumah yang lebih layak dan terjangkau.

  4. Peningkatan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik yang lebih baik, seperti transportasi umum yang efisien, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada rumah yang sangat kecil di pusat kota.

  5. Peningkatan Program Urbanisasi: Beberapa kota telah berfokus pada pengembangan area perumahan di luar pusat kota untuk mengurangi tekanan permintaan hunian yang sangat tinggi di pusat kota.

Baca Juga : https://blog.rumahdewi.com/keunggulan-dan-cara-mendesain-rumah-dengan-konsep-open-space/

Fenomena rumah peti mati adalah masalah sosial yang timbul akibat tingginya harga properti dan keterbatasan ruang di kota-kota besar. Meskipun memberikan solusi sementara bagi orang-orang berpenghasilan rendah, tinggal di rumah peti mati dapat berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas hidup penghuni. Pemerintah di berbagai negara telah mulai mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini melalui pembangunan perumahan sosial, regulasi ketat, dan kebijakan perumahan yang lebih terjangkau.