Cobaan Terberat Ekonomi Global Bernama Trump

0
2346
Cobaan Terberat Ekonomi Global Bernama Trump

Cobaan Terberat Ekonomi Global Bernama Trump – Siapa Donald Trump? Sampai akhirnya sekarang namanya sering disebut banyak orang. Trump jadi cobaan terberat bagi ekonomi global pada tahun ayam api ini.

Trump dilantik akhir pekan lalu sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Ia berhasil mengalahkan Hillary Clinton, untuk menggantikan posisi Barack Obama.

“Trump itu tidak bisa ditebak. Itu yang menjadikannya persoalan yang besar bagi perekonomian global,” kata Chatib Basri, Mantan Menteri Keuangan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Trump hadir dengan berbagai gagasan saat kampanye. Di bidang ekonomi, Trump dengan lantang pernah mengutarakan konsep proteksionis pada perdagangan AS. Sangat sulit dibayangkan, karena selama ini AS merupakan pelopor perdagangan bebas dengan salah satu produknya, yaitu Trans Pacific Partnership (TPP).

Gagasan lain adalah untuk mendorong ekonomi AS tumbuh lebih cepat, yaitu 4% per tahun. Padahal sekarang realisasi pertumbuhan ekonomi AS hanya sekitar 1,6%. Strategi yang direncanakan adalah pemangkasan tarif pajak, dan menarik dana warga AS yang selama ini disimpan di negara lain atau disebut repatriasi.

Strategi mengurangi penerimaan negara dengan memangkas pajak, justru disambut dengan belanja yang agresif. Ini akan menyebabkan defisit anggaran membengkak, dan ujungnya adalah tambahan utang. Pemerintah AS seharusnya waspada, karena sekarang rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sudah melebihi 100%. Data terakhir utang pemerintah AS adalah US$ 19 triliun.

Kondisi itu sangat mempengaruhi espektasi investor, terutama terhadap suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate. Ekonomi global yang tumbuh cepat beriringan dengan inflasi yang tinggi, berarti kenaikan suku bunga acuan juga bisa lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Baiklah, anggap saja itu saat kampanye. Tapi ketika terpilih dan dilantik, Trump tetap menunjukkan hal yang sama. Dia seperti tidak peduli dengan pemilihnya. Salahkan pemerintah yang lama dan sampaikan slogan America First,” paparnya.

Akan tetapi, Chatib meyakini, tidak semua gagasan bisa berjalan sesuai keinginan Trump. Ia menceritakan, di belahan dunia mana pun termasuk Indonesia, calon Presiden akan menyalahkan pemerintahan sebelumnya kemudian menyampaikan strategi kebijakan baru yang cenderung manis.

Sayangnya setelah dilantik, itu hanya akan bertahan paling lama enam bulan. Sebagai pimpinan negara, Presiden pasti akan melihat kondisi yang sebenarnya terjadi. Maka ide-ide yang terlontarkan sebelumnya bisa saja dilupakan.

“Nah kita perlu melihat apa ini juga akan terjadi kepada Trump,” ujar Chatib. Faktor yang juga perlu diperhatikan adalah susunan kabinet yang akan berasal dari kalangan pebisnis. Secara prinsip, pebisnis kecenderungan pragmatis.

Dari beberapa gagasan Trump memang memerlukan persetujuan parlemen. Namun ada yang bisa langsung dijalankan pemerintah, misalnya pajak. Trump kemungkinan besar akan memulai gagasan tersebut pada tahun pertamanya.

“Bila benar terjadi, saya memperkirakan The Fed bisa menaikkan suku bunga 3 sampai 4 kali tahun ini,” imbuhnya. Efeknya adalah gejolak pada pasar keuangan global yang diharapkan tidak terlalu buruk.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, juga memproyeksi tidak semua kebijakan Trump akan terealisasi di tahun ini. Target ekonomi tumbuh 4% juga sulit untuk tercapai pada 2017. Ia memperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS bahkan hanya dua kali tahun ini. “Perkirakan saya 1-2 kali saja kenaikannya,” kata David.

AS adalah ekonomi terbesar di dunia. Kebijakan apapun yang muncul dari negeri Paman Sam tersebut akan berpengaruh terhadap negara lain, baik langsung maupun tidak langsung. Tidak terkecuali terhadap Indonesia yang menganut paham ekonomi terbuka. “Kewaspadaan pertama kita adalah Trump,” tegas David.

Baca Juga :

sumber : detik.com