Dinding Kering, Lebih Cepat dan Efisien untuk Bangunan? –Â Total konsumsi gipsum di Indonesia masih relatif rendah. Ini berbeda dengan Singapura yang telah banyak menggunakan dinding kering atau drywall.
Seperti dipaparkan Direktur Pemasaran PT Saint-Gobain Construction Products (SGCPI), Won Siew Yee, Pemerintah Singapura tengah mendorong penggunaan drywall untuk menggantikan dinding bata sebagai usaha perlindungan terhadap lingkungan. Keseriusan Singapura itu bahkan diwujudkan dalam bentuk regulasi.
“Singapura menargetkan 80 persen dari bangunan-bangunan yang ada di sana, sudah tersertifikasi green mark pada 2030 nanti,” ujar Siew, Selasa (27/12/2016).
Memang, istilah “dinding kering” masih terdengar asing di telinga awam di Indonesia. Namun, kemampuannya tak diragukan sebagai material bangunan yang efisien.
Dinding yang biasa disebut dengan drywall itu merupakan sistem partisi atau dinding dalam ruangan. Isinya terdiri dari papan gipsum yang dipasang pada sebuah rangka dengan menggunakan bantuan skrup khusus.
Karena pemasangannya tidak menggunakan campuran semen dan air itulah dinding ini disebut drywall. Ini sangat berbeda dengan dinding konvensional pada umumnya yang menggunakan batu bata, campuran semen, pasir, dan air.
“Di era modern seperti sekarang ini, penggunaan drywall makin diminati karena banyak kelebihannya dibandingkan dinding konvensional. Tidak hanya sebagai partisi kantor, tetapi juga untuk ruangan-ruangan di rumah, hotel, rumah sakit, apartemen, sekolah, gedung bioskop, hingga museum seni,” kata Hantarman Budiono, Managing Director PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI).
Hantarman mengatakan, papan gipsum yang digunakan untuk drywall ini berbeda dengan papan gipsum untuk plafon. Papan gipsum ini merupakan sistem yang terdiri atas rangka baja ringan berlapis papan gipsum dan direkatkan dengan sekrup khusus untuk drywall, seperti teknologi drywall system yang diproduksi Gyproc.
Gyproc sendiri merupakan produsen papan gipsum. Pada 2007 anak usaha Saint-Gobain itu mulai memasuki pasar Indonesia. Pada 2014 lalu Gyproc resmi memiliki pabrik sendiri di Cikande, Banten, dengan total nilai investasi 45 juta dollar AS.
“Sudah mampu memproduksi 30 juta meter persegi papan gipsum per tahun,” ujar Hantarman.
Untuk itu, lanjut dia, meskipun total konsumsi gipsum di Indonesia masih relatif rendah, pihaknya optimistis dengan potensi yang ada di pasar Indonesia. Tak lain, lanjut dia, karena kondisi kebutuhan perumahan di Indonesia saat ini masih tinggi.
“Karena produk ini memiliki sifat yang mudah diaplikasikan, cepat dalam pengerjaan, memiliki daya tahan lama, serta ramah lingkungan,” ucap Hantarman.
Itulah Artikel tentang Dinding Kering, Lebih Cepat dan Efisien untuk Bangunan? Semoga bermanfaat.
baca juga : Indonesia posisi ke 4 di dunia pembangunan gedung
Sumber : kompas.com