Hunian Berkonsep TOD Semakin Naik Daun di Indonesia – Hunian berkonsep TOD (transit oriented development) atau konsep pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik dipastikan semakin dicari pada tahun ini.
Hal itu tak terlepas dari mulai maraknya penggunaan transportasi publik oleh masyarakat maupun pembangunan infrastruktur pendukungnya di kantong-kantong aktivitas penting.
Director Research and Advisory Cushman And Wakefield Indonesia Arief Rahardjo mengatakan, properti-properti yang ada di sekitar atau dekat dengan sarana transportasi publik seperti stasiun commuter line, MRT, dan atau LRT punya potensi mengalami pertumbuhan harga cukup besar pada masa mendatang.
“Kenaikan harga tanah dan properti signifikan. Harganya sendiri sudha mahal karena keunggulan dekat dengan fasilitas transportasi berikut aksesnya,” ujar Arief.
Sadar dengan potensi tersebut, beberapa pengembang kemudian membangun hunian berkonsep TOD terutama hunian vertikal atau apartemen agar mampu menarik minat konsumen.
Baca Juga :
- Hunian di Jakarta Timur Jadi Favorit karena Harganya Lebih Murah
- The Suites, Hunian Khusus untuk Orang Asing
- Eureka Akan Bangun Apartemen Mahasiswa di Kampus IPB
Berikut ini beberapa pengembangan apartemen dan hunian berkonsep TOD yang ada di sekitar Jabodetabek
1. Serpong Garden Apartment
Serpong Garden Apartment merupakan proyek hunian vertikal milik PT Hutama Anugrah Propertindo di Cisauk, Serpong, Tangerang Selatan.
Di atas lahan seluas 2,7 hektar tersebut, Hutama Anugrah yang merupakan perusahaan patungan antara PT Harapan Inti Persada Indah (HIPI) dan Karya Cipta Group ingin menggarap hunian berorientasi TOD.
Menurut mereka, hunian berkonsep TOD paling dan punya prospek bagus pada masa mendatang, terutama bagi eksekutif muda dan pasangan muda.
Selain itu berkaca dari pengalaman di luar negeri setiap apartemen yang dekat dengan sarana transportasi nilai investasinya cenderung cepat meningkat.
Banyak eksekutif muda yang bekerja di CBD Sudirman, Thamrin dan Kuningan Jakarta sekarang sudah menggunakan commuter line.
“Untuk memudahkan penghuni Serpong Garden Apartment, kami akan membangun Sky Bridge yakni akses jembatan menuju stasiun Cisauk,” jelas Komisaris Karya Cipta Group Pingki Elka Pangestu, Senin (20/2/2017).
Ilustrasi apartemen
Proyek apartemen yang terdiri dari empat menara dengan total 5.000 unit hunian ini disebut Pingki akan terhubung dengan jembatan penyebrangan orang (JPO) ke jantung perkotaan Cisauk.
Pingki juga mengklaim waktu tempuh dari Serpong Garden Apartment ke pusat-pusat kegiatan seperti CBD Sudirman dan Tanah Abang hanya 40-45 menit menggunakan commuter line.
Hutama Anugrah membanderol harga unit-unit di Serpong Garden Apartment pada kisaran Rp 200 juta hingga Rp 400 juta-an.
Cattleya yang merupakan menara pertama Serpong Garden Apartment diklaim Hutama Anugrah telah terjual habis sejak dipasarkan pada akhir 2016 silam.
Saat ini Hutama Anugrah tengah dalam tahap memasarkan Bellerosa dan akan melanjutkan pemasaran dua menara lainnya hingga akhir 2017 nanti.
Pembangunan empat menara Serpong Garden Apartment bakal dilakukan Hutama Anugrah pada kuartal II 2017 atau Juli 2017 mendatang dan diperkirakan rampung pada akhir 2019.
2. Signature Park Grande
Signature Park Grande (SPG) merupakan kawasan hunian terpadu yang dibangun oleh Pikko Land bersama dengan PJM Group di kawasan MT Haryono.
Presiden Direktur Pikko Land, Nio Yantony, mengakui kawasan sekitar Cawang-MT Haryono yang berlokasi tak jauh dari area segitiga bisnis (CBD) Jakarta merupakan pintu masuk (golden gate) pergerakan masyarakat yang tinggal di Cibubur, Depok dan Bekasi.
Pembangunan infrastruktur penghubung tol Becakayu dan LRT yang direncanakan selesai pada 2018 jelas mengerek harga lahan dan properti di kawasan sekitar pengembangan kawasan itu.
“Signature Park Grande, kawasan hunian yang kami bangun ini sudah terintegrasi TOD yang dikelilingi infrastruktur, mulai pusat perkantoran, pusat belanja maupun stasiun transit kereta, LRT atau tol, atau pemberhentian angkutan lainnya,” ujar Yantony.
Di lahan seluas 4,4 hektar, Pikko membangun dua menara hunian The Light Signature dan Green Signature serta pusat bisnis dan komersial.
The Light Signature sendiri dibangun di atas lahan seluas 1,03 hektar dan terdiri atas 1.548 unit.
Sedangkan Green Signature berada di atas lahan seluas 58.078 meter persegi dengan jumlah 900 unit apartemen.
Apartemen The Light dan Green Signature dipasarkan mulai Rp 700 jutaan hingga Rp 1,6 miliaran sesuai komposisi kamar per unitnya.
Yantony mengatakan, pada 2018 nanti para penghuni SPG dapat menggunakan LRT untuk rute Cibubur–Cawang–Semanggi–Grogol sepanjang 15 kilometer dan rute Bekasi Timur-Cawang untuk tahap dua.
Keberadaaan Stasiun LRT Cawang yang dekat stasiun kereta api Cawang ke depannya akan melengkapi infrastruktur transportasi publik yang sudah eksis.
3. Rusun Perumnas-PT KAI
Desember 2016 silam, Perum Perumnas dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) guna pengembangan kawasan yang terintegrasi dan inklusif berbasis Transit Oriented Development (TOD).
Kesepakatan kedua BUMN ini didasari jumlah 80 stasiun berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), yang menjadikan kereta api listrik (KRL) sebagai salah satu moda transportasi andalan masyarakat yang bermukim di wilayah-wilayah tersebut.
Oleh karena itu, pengembangan kawasan semestinya juga didasari oleh jumlah pengguna kereta yang mencapai 914.840 penumpang per hari.
Mayoritas pengguna kereta harus mengarungi jarak tempuh antara rumah dan stasiun sejauh rata-rata 1-10 kilometer.
Ilustrasi apartemen
Kondisi ini yang mendorong perlunya hunian yang terintegrasi atau dekat dengan stasiun KRL. Selain itu, kesepakatan antara Perum Perumnas dan PT KAI merupakan wujud optimasi pemanfaatan lahan strategis di sekitar stasiun.
“Konsep TOD memudahkan mobilisasi masyarakat. Pemukiman ini akan memanfaatkan lahan yang tidak terpakai di sekitar stasiun kereta api,” kata Direktur Utama Perum Perumnas Bambang Triwibowo.
Bambang menambahkan, hunian berkonsep TOD ini juga akan dilengkapi dengan area komersial untuk ruang sosialisasi para penghuni.
Selain itu ada pula area fasilitas umum yang semuanya terintegrasi dalam satu kawasan sehingga penghuni dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah dan nyaman.
Sementara itu, Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Perumnas Galih Prahananto menjelaskan, usulan pengembangan tahap pertama kawasan yang terintegrasi dan inklusif berbasis TOD ini akan dibangun di Stasiun Bogor, Stasiun Tanjung Barat, dan Stasiun Pondok Cina.
Menurut Galih, ketiga proyek TOD tersebut berkapasitas 5.000 hunian baru yang diperkirakan menelan investasi sekitar Rp 2 trilliun.
Sumber : Kompas.com