Pameran Konstruksi Terbesar di Indonesia Akan Diikuti 23 Negara -Sebentar lagi ajang Concrete Show South East Asia 2018 dan Construction Indonesia 2018 akan diselenggarakan di Indonesia. Lebih tepatnya, salah satu pameran konstruksi terbesar di Indonesia ini akan diadakan di Jakarta International Expo, Kemayoran pada tanggal 19-21 September 2018.
Untuk tahun ini sendiri, sebanyak 280 peserta dari 23 negara akan mengikuti pameran ini. Menurut Senior Event Manager PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Niekke W Budiman, jumlah peserta tahun ini meningkat drastis jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca Juga :
- Begini Cara Memasang Lantai Vinyl Sendiri Yang Benar
- Hal Yang Harus Diperhatikan Ketika Merancang Balkon Rumah
- Ayo Terapkan Warna Teal Pada Dekorasi Hunian Anda!
Pameran Konstruksi Terbesar di Indonesia Akan Diikuti 23 Negara
Menurut Niekke W Budiman, “Tahun lalu, di pameran ini kami berhasil mempertemukan 7.356 pengunjung dari 20 negara dengan 228 peserta pameran dari 23 negara.”
Negara-negara yang berpartisipasi di pameran ini antara lain China, Singapura, Korea Selatan, Jerman, Italia, dan masih banyak lagi. Selain itu, tak hanya ajang pameran saja yang diselenggarakan. Terdapat juga acara diskusi seputar perkembangan teknologi konstruksi saat ini.
Indonesia patut berbangga karena menurut Niekke, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara yang menyumbang 60-70% dari total pasar konstruksi di wilayah ini saat ini. Hampir 40% disumbang oleh konstruksi beton dan digunakan di berbagai proyek pembangunan dalam negeri.
Oleh sebab itu, saat ini pemerintah terus mendorong peningkatan produksi beton pracetak dan prategang yang diprediksi akan meningkat menjadi 50% pada tahun 2019 mendatang. Dengan target tersebut yang tercapai nantinya, efisiensi, efektivitas dan kualitas dari penyelenggaraan konstruksi dapat tercapai.
Niekke juga mengatakan bahwa, “Teknologi konstruksi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan demi tercapainya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan lebih cepat berkembang.”
Menurut data dari AP3I (Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia), kapasitas produksi dari baton pracetak sendiri mencapai 25,3 juta ton pada tahun 2015. Di tahun 2016, angka ini juga meningkat menjadi 26,7 ton dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 35 juta ton. Pada tahun ini, pihak AP3I memiliki target peningkatan hingga 10% dibandingkan dengan tahun lalu.